freshnel

Kenapa Kita Perlu Ke kebun Kurma?

Salah satu menu wajib yang disuguhkan travel untuk agenda ziarah saat di Madinah adalah mengunjungi Kebun Kurma. Yang sebenarnya jarak dari Masjid Quba hanya sepelemparan batu saja. Jadi setelah jama’ah berpuas mereguk pahala umroh tanpa ihram di Masjid Quba, sekalian mampir ke Kebun Kurma untuk mengenal lebih dekat makanan khas gurun. Bagi orang yang sering umroh, mungkin destinasi ini tidak begitu menarik. Tapi bagi jama’ah yang baru bepergian ke Tanah Suci, Kebun Kurma adalah destinasi wajib yang mesti diketahui, agar nanti saat pulang ke Tanah Air memiliki bahan cerita untuk anak cucu. Pengalaman melihat langsung tanaman yang menjadi makanan utama Rasulullah SAW dan para sahabat.

Ada beberapa ayat Al Qur’an yang menyebutkan tentang kurma, sebagian berupa perumpamaan dan lainnya lagi menyebutnya langsung. Diantaranya adalah Surat Maryam ayat 25 sampai 26, Allah berfirman, \”Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenanghatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah : \”Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.\”

\"\"

Kalau bnicara manfaat, sungguh banyak disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW. Memakan 7 buah kurma dapat menangkal racun dan sihir. Dalam Shahih Buhari dan Muslim, diriwayatan oleh Saad bin Abi Waqash, dari Nabi SAW beliau bersabda “Barangsiapa mengkonsumsi kurma ajwa pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun atau sihir”. Ajwa adalah salah satu jenis kurma yang berasal dari Madinah, dikenal sebagai kurma Hijaz yang terbaik dari seluruh jenisnya. Bentuknya bagus, padat dan agak keras, namun termasuk kurma yang paling lezat, harum dan empuk. Biasanya memiliki harga yang paling tinggi diantara yang lain.

Kurma juga dapat mencegah pemiliknya dari kelaparan. Setidaknya ada dua hadist yang menerangkan tentang hal ini. Pertama, yang diriwayatkan Muslim, “Rumah yang tidak ada tamr (kurma kering) di dalamnya, akan membikin lapar penghuninya”. Kedua, dalam riwayat Ibnu Majah, “Rumah yang tidak ada tamr (kurma kering) di dalamnya, seperti rumah yang tidak ada makanan di dalamnya”. Jelas, disini menyebutkan bahwa kurma adalah makanan utama Rasulullah SAW dan para sahabat yang ketersediaannya harus bisa dijamin di setiap rumah kaum muslimin. Seperti orang jawa mengatakan, “Kalau belum makan nasi ya tidak bisa disebut makan”. Meskipun sudah makan bubur ayam dan bakso he..he. Karena nasi adalah makanan pokok, dimana kalau zaman dulu setiap rumah memiliki lumbung di halaman rumahnya sebagai jaminan ketersediaan pangan. 

Di kesempatan lain, Rasulullah SAW memberikan contoh dengan kurma ketika memerintahkan umat ini untuk bersedekah. Dari Sahabat Adiy bin Hatim, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa dari kalian yang mampu berlindung diri dari api neraka walaupun hanya dengan sebutir tamr, maka lakukanlah”. (HR. Muslim, Bukhari dan At-Tirmizdi). Atas dasar inilah, jama’ah rihaal memiliki kebiasaan unik saat di Tanah Suci, dengan mengumpulkan sedekah yang disebutnya, “Sedekah Haramain”. Biasanya dibelikan kurma ataupun buah-buahan yang kemudian dibagikan bersama jama’ah kepada jama’ah lainnya dari berbagai negara di Masjid Nabawi ataupun Masjidil Haram. Sungguh pengalaman yang tak pernah terlupakan. 

Di Kebun Kurma inilah Anda bisa melihat sekaligus merasakan kurma dengan beragam jenisnya. Anda harus mencobanya satu per satu dan rasakan sensasinya, membayangkan bagaimana dulu Rasulullah SAW dan para sahabat hanya berbekal sebutir kurma saat menggali parit di Perang Khandaq. Kalau uang sakunya cukup, belilah yang pertama tentu kurma ajwa atau kurma nabi, dan satu jenis kurma lainnya yang Anda suka. Kurma dari Madinah adalah buah tangan yang begitu dirindukan selain air zam zam tentunya. Saran saya, jangan pernah sungkan untuk mencoba semua jenis kurma yang ada di Kebun Kurma, isnyaallah semuanya gratis. Setelah puas mencoba, bolehlah Anda membelinya sebagai bekal perjalanan. (Arif)